Kamis, 05 Juli 2012

Kerang bambu itu......

GAMBARAN UMUM Ensis sp. 
Kerang Bambu merupakan merupakan kerang air laut berukuran sedang. Kerang ini termasuk ke dalam genus Ensis. Bentuk cangkang dari bivalvia ini memanjang, dengan dua cangkang yang memiliki sisi simetris. Bentuk cangkang Ensis sp. yang menyerupai pisau cukur atau pisau lipat, membuat biota ini lebih dikenal dengan nama Razor clam atau Jack knife.
Biota yang termasuk ordo Veneroida ini memiliki cangkang berwarna kecoklatan. Bagian cangkang yang agak putih dilengkapi garis-garis coklat, membuat biota ini sekilas mirip dengan bilah bambu. Biota ini di Indonesia umumnya dikenal dengan nama kerang bambu. Masyarakat Jawa Timur (terutama di Madura) menyebut kerang bambu dengan nama lorjuk. Berikut morfologi Ensis sp.


Gambar 1. Morfologi Ensis sp.


          Hingga saat ini terdapat beberapa spesies Ensis dari famili Pharidae antara lain: E. arcuatus, E. directus, E. ensis, E. macha, E. megistus pilsbry&mcginthy, E. minor, E. myraeberry, E. nitidus, E. siliqua, E. americanus, serta E. tropicalis.


EKOLOGI Ensis sp.
Ensis hidup di pantai terbuka dengan kondisi pantai yang bersih. Biota ini umumnya ditemukan di daerah litoral dan daerah pasang surut, mulai dari daerah surut terendah hingga lepas pantai yang dangkal. Ensis dapat hidup pada substrat berpasir atau berlumpur, misalnya E. macha (Baron et al. 2004).
Biota filter feeder dengan makanan utamanya berupa fitoplankton ini, lebih banyak ditemukan pada karakteristik substrat berupa pantai berpasir. Sebagian besar berupa pasir kuarsa, dan sebagian kecil berupa pasir yang mengandung zat kapur (calcareous). Berdasarkan hasil penelitian Holme (1954), tidak ada bukti bahwa satu spesies pun dari Ensis hidup terbatas pada substrat pasir dengan karakteristik mineralisasi tertentu, misalnya derajat tingkat kebulatan butiran ataupun tekstur permukaan.


 
Gambar 2. Ensis yang terpapar pada saat air surut


Ensis hidup dengan membuat lubang (meliang) dan membenamkan diri di dalam pasir. Siphon pendek yang dimiliki biota ini akan berada di atas permukaan substrat saat tergenang air untuk mencari makan (Baron et al. 2004). Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Baron et al. (2004) menunjukkan bahwa Ensis tidak hanya hidup meliang di substrat, ternyata biota ini mampu merayap di permukaan substrat dan berenang. Diduga bahwa Ensis mampu bergerak aktif untuk mencari substrat yang sesuai dengan keinginannya.
Biota yang mampu menancapkan kaki dengan sangat kuat di substrat ini juga memiliki kemampuan menggali lubang dengan sangat cepat. Ensis akan memberikan pancaran air pada saat membuat lubang. Pancaran air ini berfungsi sebagai tekanan, sehingga Ensis bisa dengan cepat masuk ke dalam substrat. Berikut diilustrasikan proses penggalian lubang di substrat pasir oleh Ensis sp.



Gambar 3. Proses penggalian lubang di pasir oleh Ensis sp.


PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP HABITAT Ensis sp.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Holme (1954) menjelaskan beberapa pengaruh parameter lingkungan terhadap habitat Ensis, antara lain:
a.        Ukuran pasir
Ukuran pasir akan menjadi faktor pembatas yang penting untuk distribusi, walaupun tidak ada spesies Ensis yang terbatas pada area dengan komposisi pasir tertentu. Kepadatan populasi umumnya akan lebih tinggi pada area yang mendekati nilai rata-rata ukuran pasir yang ditempati oleh masing-masing spesies. Secara tidak langsung, ukuran pasir akan berpengaruh pada kemiringan dan stabilitas pantai, juga berpengaruh terhadap toleransi dari gelombang.
b.        Kondisi pasir
Tidak ada bukti bahwa ukuran dan komposisi mineral pada butiran pasir berpengaruh terhadap distribusi. Semua spesies Ensis mengindari pasir hitam yang berada di bawah permukaan yang mengindikasikan kondisi reduksi (adanya kandungan bahan organik dan sirkulasi air sedikit).
c.         Gelombang
Semua spesies Ensis membutuhkan naungan (perlindungan) dari pengaruh gelombang. E. siliqua dapat menahan gelombang lebih baik dari pada E. ensis dan E. arcuatus.
d.        Arus
Tidak ada korelasi yang ditemukan antara kemunculan Ensis dan kekuatan arus, walaupun ada pengaruh secara tidak langsung antara kekuatan gelombang dengan distribusi partikel, terutama di area yang terlindung.
e.        Faktor biotik
Ensis ditemukan pada habitat yang tersedia makanan dalam jumlah yang cukup dan jenisnya beragam. Burung camar menjadi predator alami, terutama saat Ensis terpapar ke luar subsrat pasir pada kondisi surut (Tulp et al. 2010).


PENGUMPULAN Ensis sp.
Ensis memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dua spesies utama yang sangat komersil adalah E. siliqua (Cromie & McDonough 2006) dan E. aquatus (Cromie & McDonough 2006; Darriba et al. 2004). Tahun 2003 Inggris mengekspor  komoditas ini dengan nilai yang mencapai 20 juta dolar (Cromie & McDonough 2006), tahun 2009 perikanan komersil dari E. siliqua di Skotlandia mencapai 718 ton dengan nilai sebesar 1.754.000 euro (Breen et al. 2011). Melihat potensi ekonomi Ensis bernilai tinggi, tak heran bila penangkapan terhadap biota ini dilakukan secara intensif.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan Ensis yaitu dengan menaburkan garam pada lubang yang diduga sebagai habitat kerang penggali ini. Kadar garam yang sangat tinggi menyebabkan Ensis akan keluar lubang untuk mencari kondisi yang lebih nyaman. Hal ini membuat para pengumpul kerang bambu dapat melakukan penangkapan dengan mudah (hand gathering).
Cara lain yang digunakan untuk mengumpulkan Ensis yaitu menggunakan alat penggali (hand hold digging tools). Umumnya cara ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, seperti riset atau penelitian biota. Akhir-akhir ini juga dilakukan penangkapan Ensis untuk kepentingan komersil, biasanya dalam skala besar menggunakan kapal pengeruk (dredging) atau penangkapan ilegal yang tidak ramah lingkungan menggunakan listrik. Dampak yang ditimbulkan dari penangkapan Ensis menggunakan listrik terhadap lingkungan telah diteliti dan dilaporkan oleh Breen et al. (2011). 

 

(a)                                                               (b)
 
(c)

Gambar 4. Proses pengumpulan Ensis: (a) & (b) menggunakan alat penggali (Sumber: http://www.fat-of-the-land.blogspot.com); (c) menggunakan kapal keruk (Sumber: Breen et al. 2011).

  
REPRODUKSI Ensis sp.
Seperti bivalvia pada umumnya, Ensis sp merupakan hewan dioecious, artinya dalam satu individu hanya terdapat satu jenis kelamin: jantan atau betina. Pemijahan dilakukan secara eksternal di perairan. Hasil penggabungan sel sperma dan sel telur selanjutnya membentuk larva veliger. Larva Ensis juga mengalami fase planktonik sekitar satu bulan, sebelum akhirnya menetap di substrat. Belum ada hasil penelitian yang pasti yang bisa menegaskan apakah larva Ensis memiliki kemampuan untuk memilih substrat atau proses menempati substrat ini terjadi secara pasif: yang ditentukan oleh hidrodinamika laut, faktor biotik dan abiotik, serta kesempatan (Breen et al. 2011).  Setelah larva menetap pada substrat, larva akan mengalami perkembangan menjadi juvenile dan selanjutnya akan berkembang menjadi dewasa. Secara skematis, siklus hidup Ensis mengacu pada gambar berikut:

 

Gambar 5. Ilustrasi Siklus Hidup Razor Clam

Musim pemijahan Ensis umumnya berbeda-beda pada setiap lokasi. Cardoso et al. (2009) melaporkan bahwa pemijahan E. americanus dimulai pada bulan April/ Mei dan pemijahan kedua pada bulan Agustus/ September di perairan laut Dutch Wadden. Selanjutnya Darriba et al. (2004) melaporkan bahwa pemijahan E. arcuatus di Spanyol dimulai pada musim panas, bersamaan dengan fenomena up welling  dan blooming fitoplankton. E. macha di perairan pesisir selatan Argentina dan Chili diduga memijah selama musim semi dan akhir musim gugur (Baron et al. 2004).
Proses reproduksi Ensis dipengaruhi oleh variasi musim, kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, dan karakteristik genentik (Darriba et al. 2005). Selanjutnya Darriba et al. (2004) melaporkan bahwa reproduksi E. arcuatus selain dipengaruhi oleh suhu, juga dipengaruhi oleh konsentrasi klorofil-a di perairan.
Mengingat Ensis merupakan komoditi yang bernilai ekonomis namun memiliki kesulitan pada saat akan diambil dari alam (terkait kemampuan Ensis menggali lubang yang cepat di substrat), maka dilakukan usaha untuk mengembangkan budidaya biota ini. Da Costa et al. (2011) meneliti kemungkinan E. arcuatus  untuk dapat dibudidayakan, selanjutnya Kenchington et al. (1998) mencoba menganalisa karakteristik tahap hidup awal E. directus untuk diaplikasikan pada perikanan dan budidaya.



REFERENSI

Baron PJ, LE Real, NF Ciocco, ME Re. 2004. Morphometry, Growth and Reproduction of an Atlantic Population of the Razor Clam Ensis macha (Molina, 1782). Scienticia Marina 68(2): 211-217.

Breen M, T Howell, P Copland. 2011. A Report on Electrical Fishing for Razor Clam (Ensis sp.) and Its Likely Effects on the Marine Environment. Scotland: Marine Scotland Science Report.

Cardoso JFMF, JIJ witte, HWVD Veer. 2009. Reproductive Investment of American Razor Clam Ensis americanus in the Dutch Wadden Sea. Journal of Sea Research 62: 295-298.

Cromie A, N McDonough. 2006. Development of an Optimal Broodstock Holding Conditioning System for Hatchery Production of Razor Clam, Ensis siliqua. Shellfish News Number 21. UK: Centre for Environment, Fisheries and Aquaculture Science. Hal 7-8.

Da costa F, S Darriba, D Martinez-Patino, A Guerra. 2011. Culture Possibilities of the Razor Clam Ensis arcuatus (Pharidae: Bivalvia). Journal Aquaculture Research 42(10) 1549-1557 [terhubung berkala]. http//ipb.ac.id/ onlinejournal/ EBSCO. [27 April 2012].

Darriba S, FS Juan, A Guerra. 2004. Reproductive Cycle of Razor Clam Ensis arcuatus (Jeffreys, 1865) in Northwest Spain and Its Relation to Environmental Condition. J.Exp. Mar. Biol. Ecol. 311: 101-115.
-------. 2005. Energy Storage and Utilization in Relation to the Reproductive Cycle in the Razor Clam Ensis arcuatus (Jeffreys, 1865). Journal Marine Science 62: 886-896.

Holme NA. 1954. The Ecology of British Species of Ensis. J. Mar.biol.Ass. U.K. 33: 145-172.


http://www.fat-the-land.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Mei 2012.

http://www.guiamarina.com. Diakses tanggal 22 Mei 2012.

http://www.inmagine.com. Diakses tanggal 22 Mei 2012.

http://www.scienceshot-razor-clams-create. Diakses tanggal 22 Mei 2012.

Kenchington E, R Duggan, T Riddell. 1998. Early Life History Characteristics of the Razor Clam (Ensis directus) and the Moonsnails (Euspira spp.) with Applications to Fisheries and aquaculture. Canadian Technical Report of Fisheries and Aquatic Sciences No. 2223.

Tulp I, J Craeymeersch, M Leopod, CV Damme, F Fey, H Verdaat. 2010. The Role of the Invasive Bivalve Ensis directus as Food Source for Fish and Birds in the Dutch Coastal Zone. Journal Estuarine, Coastal and Shelf Science 90: 116-128.


2 komentar:

  1. Bro......
    sy butuh info lebih lengkap utk lokasi2 yg banyak kerang bambu nya. mis jenis2 pantai tipe bgmn. Trus jenis pasir berpengaruh gak, dst, dst.
    hehhehe. Sy tinggal di flores dan niat memberdayakan masy di desa sy utk mencari kerang bambu ini. Mayoritas masy desa sy nelayan miskin soalnya.
    tolong bro info kan sy di "miekiehidayat@gmail.com"

    BalasHapus
  2. Bro...
    Ini Makanan untuk kesehatan manusia tambah kalsium, minta info yang lengkap.

    BalasHapus